Sunday, October 17, 2010

Privatisasi BUMN Strategis

Logo BUMN
Belum lama ini, kita pernah mendengar tentang Privatisasi BUMN Strategis. Privatisasi ini juga sering menimbulkan pro dan kontra. Ada beberapa alasan dilakukannya privatisasi BUMN. Pertama, meningkatkan kinerja berupa efisiensi ekonomis BUMN yang ditunjukkan dengan harga jual yang rendah dan meningkatnya kualitas produk. Kedua, mengurangi defisit keuangan. Ketiga, mencapai keseimbangan antara sektor publik dan sektor swasta. Keempat, privatisasi bertujuan untuk menciptakan investasi baru, termasuk investasi asing, kepemilikan saham yang lebih besar dan pendalaman sistem keuangan dalam negeri.

Jika pada kenyataannya bahwa masih ada BUMN yang tidak efisien dan merugi, berarti manajemen dan sistem di BUMN tersebut masih buruk. Maka, tugas pemerintah untuk merekstrutrisasi BUMN sehingga menjadi efisien dan untung bukan buntung. Hal ini terbukti dari PT Garuda Indonesia dan PT Pertamina, PT Pindad dan sejumlah BUMN yang mampu membukukan keuntungan pasca restrukturisasi tanpa harus dijual ke asing.. Solusinya jelas, rekstrukturisasi terutama birokrasi, sistem yang berbelit serta korupsi para pejabat negara terhadap uang-uang BUMN. Jangan asal jual saja. Coba lihat ke dalam BUMN (intropeksi dari dalam), jangan hanya melihat aspek luar. Dulu SBY-JK pernah membuat agenda untuk melakukan privatisasi 44 BUMN, tetapi nyatanya kurang dari 20 BUMN saja yang di privatisasi.

Menurut Presiden SBY, hal itu justru bisa mengganggu keamanan nasional. "Privatisasi industri yang berkaitan kepentingan keamanan nasional negara kita, vital, security tinggi harus dicegah, tidak boleh terjadi." Presiden juga mengingatkan, privatisasi tidak dimaknai semata menjual saham. Melainkan juga mengandung penguatan permodalan, penguatan manajamen, dan good corporate governance menjadi lebih baik. Apalagi, semakin banyak masyarakat yang terlibat memegang saham BUMN maka fungsi kontrol semakin kuat dan BUMN makin sehat. Di sisi lain, setiap privatisasi tidak akan menggerus porsi mayoritas pemerintah.

Jadi, bagi rakyat biasa di Indonesia ini hanya akan membuat bingung untuk memilih pihak netral, pro, atau kontra. Ini juga sebagai gambaran kehidupan pilitik Indonesia yang tak menentu.

0 comments:

Post a Comment

Silakan berikan komentar atau pertanyaan anda tentang artikel ini.